Sabtu, 02 Oktober 2010

Penyajian Lisan


Penyajian lisan atau kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.


Pendengaran menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.

Tujuan utama penyajian lisan ini adalah untuk berkomunikasi tentu tidak terlepas dari bagian mata pelajaran TIK.

Penyajian lisan ada bermacam-macam, diantaranya adalah diskusi—dengan segala macam bentuknya–, Pidato, Ceramah, Rapat, dan Membawakan Acara.

Makalah ini tidak akan membicarakan seluruh penyajian lisan itu, melainkan membicarakan tiga diantaranya saja. Ketiga macam penyajian lisan dimaksud adalah : Keperawaan (pembawa acara), Pidato, Rapat, Kongres, Konferensi, dan lain-lain.

Salah satu yang akan saya bahas mengenai pembawa acara.

Pembawa acara adalah orang yang bertugas memimpin dan mengatur jalannya suatu acara orang sering beranggapan bahwa seorang pembawa acara cukup berbekal suara yang enak didengar dan menampilkan yang enak dipandang. padahal, masalahnya tidaklah sesederhana itu karena seseorang pembawa acara memerlukan keterampilan dan pengetahuan. Seorang pembawa acara sering dipandang sebagai personalitas instansi atau panitia penyelenggaraan suatu acara. Oleh sebab itu tidak jarang sebuah instansi atau panitia penyelenggara suatu acara tidak segan-segan mengeluarkan dana untuk membayar seorang pembawa acara yang profesional untuk menyelenggarakan acara yang mereka laksanakan ini semua dilaksanakan demi persenolitas mereka.

Pada umumnya acara dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu

(1) acara yang bersifat resmi,

(2) acara yang bersifat setengah resmi,

(3) acara yang bersifat tidak resmi.

Penggolongan sifat acara ini harus dihayati benar oleh seorang pembawa acara karena menyangkut busana yang dikenakannya dan bahasa yang harus dipakainya dalam melaksanakan tugasnya itu.

Semakin resmi suatu acara, busana yang dikenakan oleh pembawa acara juga semakin resmi. Ada acara yang tidak resmi, pembawa acara dapat saja menggunakan busana yang lebih babas asal tetap dalam batas-batas kewajaran dan kesopanan pada acara yang bersifat resmi, bahasa yang digunakan pembawa acara hendaknya bahasa baku. Ia juga tidak perlu menyiapkan humor dan komentarnya terhadap acara dan pengisi acaranya. Sebaliknya, pada acara yang bersifat tidak resmi, pembawa acara dapat saja menggunakan bahasa yang lebih longgar bahkan ia boleh saja menyelipkan humor, komentar, pujian, bahkan memancing tepuk tangan hadirin .

Keberhasilan seorang pembawa acara dalam melaksanakan tugasnya ditentukan oleh dua faktor utama.

Kedua faktor itu adalah faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan .

-----Faktor Kebahasaan

Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, mengisyaratkan ada lima faktor kebahasaan yang harus diperhatikan oleh seorang pembawa acara jika ingin berhasil dalam tugasnya.

1.Lafal yang benar (cara mengucapkan kata-kata dengan benar)

2.Tekanan Kata atau Aksen

Tekanan kata dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna katanya. Akan tetapi, secara umum dan konsisten tekanan kata bahasa Indonesia jatuh pada satu suku sebelum suku kata akhirnya. Anda dapat membayangkan bagaimana menjemukan bila seseorang itu berbicara secara monoton (tanpa tekanan pada kata yang diucapkan).

3.Pemenggalan Kalimat (Jeda)

Kemampuan memenggal kalimat secara tepat banyak bergantung pada perasaaan bahasa seseorang. Akan tetapi, kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan berlatih memahami makna setiap kata dalam hubungan kalimat. Hal ini penting karena makna kalimat bahasa Indonesia antara lain ditentukan oleh jedanya atau pemenggalan kalimatnya. Contohnya kalimat Kucing makan tikus mati. Makna kalimat dapat berubah-ubah berdasarkan jeda yang diberikan kepadanya. Kemungkinan perubahan makna kalimat itu .

4.Intonasi atau Lagu Kalimat

Intonasi atau lagu kalimat mengacu pada turun-naiknya, cepat-lambat, dan keras lembutnya kalimat yang diucapkan. Menggunakan intonasi juga harus berhati-hati karena perubahan Intonasi juga mengakibatkan perubahan makna kalimat.

5.Enunsiasi (kejelasan)

Enunsiasi adalah kejelasan pengucapan kata, dan ketepatan pemenggalan kalimat (jeda). Ada orang yang berbicara menggumam sehingga kata-kata yang diucapkannya tidak jelas terdengar. Ada juga orang yang apabila berbicara terlalu cepat sukar dipahami ucapannya. Hal ini harus dihindari oleh pembawa acara jika ia ingin berhasil dalam tugasnya. Caranya, adalah dengan selalu berlatih terutama berlatih vokal.

6.Mengggunakan Bahasa atau Kalimat secara Efektif

Seorang pembawa acara harus berusaha menggunakan kalimat seefektif mungkin, sedapat mungkin hindarilah kalimat yang tidak efektif.

-------Faktor Nonkebahasaan

Faktor nonkebahasaan yang menunjang keberhasilann seseorang pembawa acara adalah :

1.Sikap tenang menghadapi massa

Ketenangan dapat tercipta bila pembawa acara itu yakin akan kemampuan dirinya dan rasa percaya dirinya lebih besar.

2.Tampil Mengesankan

Penampilan ynag mengesankan adalah penampilan yang penuh wibawa, cerah, bersemangat, wajar, tidak berlebih-lebihan, tidak manja, tidak kemayu, dan tidak malu-malu.

3.Cepat tanggap dan kaya Inisiatf

Bila secara tiba-tiba terjadi perubahan atau pembatalan sebuah acara, pembawa acara diharapkan dapat mengatasi masalah itu dengan sebaik-baiknya sehingga hadirin tidak kecewa, bahkan bila perlu hadirin tidak menyadari adanya perubahan itu.

4.Kaya Improvisasi dan memiliki rasa humor (terutama pembawa acara hiburan dan tidak resmi)

5.Memiliki suara yang enak didengar

Suara yang enak didengar adalah suara bernada rendah dan bersonansi atau bergema bukan suara yang bernada tinggi dan nyaring melengking.

6.Tidak emosional

Pada saat tampil pembawa acara hendaknya dapat melupakan perasaan yang sedang bergejolak dalam dirinya, seperti sedih, kesal, marah, dan sebagainya.
Sumber : Blogger.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar