Jumat, 08 Oktober 2010

Tahun Belajar Para Pejuang

Tahun-tahun diajar ini
Tahun-tahun diajar begini
Tahun-tahun kita menanti
Menapaki jalan ini

Tahun-tahun diajar itu
Tahun-tahun diajar begitu
Tahun-tahun kita menyatu
Menyapu angan palsu

Sekarang, semua dipertaruhkan
Apakah kan rtercapai harapan
Sekarang, semua dipertaruhkan
Semua yang diperjuangkan

Kota ini masih menjanjanjikan
Bagi tangan kekar para pejuang
Mana tangan kekar para pejuang
Kita rombak kota kita yang usang

Kita rombak kota kita yang usang

Sabtu, 02 Oktober 2010

Kasih sayang Ibu

Di sebuah rumah sakit bersalin, seorang ibu baru saja melahirkan jabang bayinya.

“Apakah saya bisa melihat bayi saya?” pinta seorang ibu yang baru melahirkan. Raut wajahnya penuh dengan kebahagiaan. Namun, ketika gendongan
berpindah tangan dan si ibu membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki mungilnya, ia terlihat menahan napas. Dokter yang menungguinya segera
berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit, tak tega melihat
perubahan wajah si ibu.
Bayi sang ibu ternyata dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Meski terlihat sedikit kaget, si ibu tetap menimang bayinya dengan penuh kasih sayang.
Waktu membuktikan, bahwa pendengaran putranya ternyata bekerja dengan
sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari,
anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan si ibu sambil menangis. Ibu itu pun ikut berurai air mata. Ia tahu hidup
anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Sambil terisak, anak itu bercerita, “Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini
makhluk aneh.”
Begitulah, meski tumbuh dengan kekurangan, anak lelaki itu kini telah
dewasa. Dengan kasih sayang dan dorongan semangat orangtuanya, meski punya
kekurangan, ia tumbuh sebagai pemuda tampan yang cerdas. Rupanya, ia pun pandai bergaul sehingga disukai teman-teman sekolahnya. Ia pun mengembangkan
bakat di bidang musik dan men uli s. Akhirnya, ia tumbuh menjadi remaja pria yang disegani karena kepandaiannya bermusik.
Suatu hari, ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga. “Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuk putra Bapak. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan
telinganya,” kata dokter. Maka, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya kepada anak mereka.
Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak
lelaki itu, “Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia,” kata si ayah.
Operasi berjalan dengan sukses. Ia pun seperti terlahir kembali. Wajahnya yang tampan, ditambah kini ia sudah punya daun telinga, membuat ia semakin
terlihat menawan. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan.
Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.
Beberapa waktu kemudian, ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang
diplomat. Ia lantas menemui ayahnya, “Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar, namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.”
Ayahnya menjawab, “Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.” Setelah terdiam sesaat ayahnya
melanjutkan, “Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.”
Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia.
Hingga suatu hari, tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga tersebut.
Pada hari itu, ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, si ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku. Sang ayah lantas menyibaknya sehingga
sesuatu yang mengejutkan si anak lelaki terjadi. Ternyata, si ibu tidak memiliki telinga.
“Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya,” bisik si ayah. “Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan
sedikit kecantikannya, ‘ kan ?”

Melihat kenyataan bahwa telinga ibunya yang diberikan pada si anak, meledaklah tangisnya. Ia merasakan bahwa cinta sejati ibunya yang telah
membuat ia bisa seperti saat ini.
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh, namun ada di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa
terlihat, namun justru pada apa yang kadang tidak dapat terlihat.
Begitu juga dengan *cinta seorang ibu pada anaknya*. Di sana selalu ada *inti sebuah cinta yang sejati, di mana terdapat keikhlasan dan ketulusan yang tak
mengharap balasan apa pun*.
Dalam cerita di atas, cinta dan pengorbanan seorang ibu adalah wujud sebuah cinta sejati yang tak bisa dinilai dan tergantikan. Cinta sang ibu telah membawa kebahagiaan bagi sang anak. Inilah makna sesungguhnya dari sebuah cinta yang murni. Karena itu, sebagai seorang anak, *jangan pernah melupakan jasa seorang ibu*. Sebab, apa pun yang telah kita lakukan, pastilah tak akan sebanding dengan cinta dan ketulusannya membesarkan, mendidik, dan merawat kita hingga menjadi seperti sekarang.
Mari, *jadikan ibu kita sebagai suri teladan untuk terus berbagi kebaikan*.
Jadikan beliau sebagai panutan yang harus selalu diberikan penghormatan. Sebab, dengan memperhatikan dan memberikan kasih sayang kembali kepada para ibu, kita akan menemukan cinta penuh ketulusan dan keikhlasan, yang akan
membimbing kita menemukan kebahagiaan sejati dalam kehidupan.
Sumber : http://matsmansa.blogspot.com/2010/07/kasih-sayang-ibu.html

Penyajian Lisan


Penyajian lisan atau kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.


Pendengaran menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.

Tujuan utama penyajian lisan ini adalah untuk berkomunikasi tentu tidak terlepas dari bagian mata pelajaran TIK.

Penyajian lisan ada bermacam-macam, diantaranya adalah diskusi—dengan segala macam bentuknya–, Pidato, Ceramah, Rapat, dan Membawakan Acara.

Makalah ini tidak akan membicarakan seluruh penyajian lisan itu, melainkan membicarakan tiga diantaranya saja. Ketiga macam penyajian lisan dimaksud adalah : Keperawaan (pembawa acara), Pidato, Rapat, Kongres, Konferensi, dan lain-lain.

Salah satu yang akan saya bahas mengenai pembawa acara.

Pembawa acara adalah orang yang bertugas memimpin dan mengatur jalannya suatu acara orang sering beranggapan bahwa seorang pembawa acara cukup berbekal suara yang enak didengar dan menampilkan yang enak dipandang. padahal, masalahnya tidaklah sesederhana itu karena seseorang pembawa acara memerlukan keterampilan dan pengetahuan. Seorang pembawa acara sering dipandang sebagai personalitas instansi atau panitia penyelenggaraan suatu acara. Oleh sebab itu tidak jarang sebuah instansi atau panitia penyelenggara suatu acara tidak segan-segan mengeluarkan dana untuk membayar seorang pembawa acara yang profesional untuk menyelenggarakan acara yang mereka laksanakan ini semua dilaksanakan demi persenolitas mereka.

Pada umumnya acara dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu

(1) acara yang bersifat resmi,

(2) acara yang bersifat setengah resmi,

(3) acara yang bersifat tidak resmi.

Penggolongan sifat acara ini harus dihayati benar oleh seorang pembawa acara karena menyangkut busana yang dikenakannya dan bahasa yang harus dipakainya dalam melaksanakan tugasnya itu.

Semakin resmi suatu acara, busana yang dikenakan oleh pembawa acara juga semakin resmi. Ada acara yang tidak resmi, pembawa acara dapat saja menggunakan busana yang lebih babas asal tetap dalam batas-batas kewajaran dan kesopanan pada acara yang bersifat resmi, bahasa yang digunakan pembawa acara hendaknya bahasa baku. Ia juga tidak perlu menyiapkan humor dan komentarnya terhadap acara dan pengisi acaranya. Sebaliknya, pada acara yang bersifat tidak resmi, pembawa acara dapat saja menggunakan bahasa yang lebih longgar bahkan ia boleh saja menyelipkan humor, komentar, pujian, bahkan memancing tepuk tangan hadirin .

Keberhasilan seorang pembawa acara dalam melaksanakan tugasnya ditentukan oleh dua faktor utama.

Kedua faktor itu adalah faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan .

-----Faktor Kebahasaan

Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, mengisyaratkan ada lima faktor kebahasaan yang harus diperhatikan oleh seorang pembawa acara jika ingin berhasil dalam tugasnya.

1.Lafal yang benar (cara mengucapkan kata-kata dengan benar)

2.Tekanan Kata atau Aksen

Tekanan kata dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna katanya. Akan tetapi, secara umum dan konsisten tekanan kata bahasa Indonesia jatuh pada satu suku sebelum suku kata akhirnya. Anda dapat membayangkan bagaimana menjemukan bila seseorang itu berbicara secara monoton (tanpa tekanan pada kata yang diucapkan).

3.Pemenggalan Kalimat (Jeda)

Kemampuan memenggal kalimat secara tepat banyak bergantung pada perasaaan bahasa seseorang. Akan tetapi, kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan berlatih memahami makna setiap kata dalam hubungan kalimat. Hal ini penting karena makna kalimat bahasa Indonesia antara lain ditentukan oleh jedanya atau pemenggalan kalimatnya. Contohnya kalimat Kucing makan tikus mati. Makna kalimat dapat berubah-ubah berdasarkan jeda yang diberikan kepadanya. Kemungkinan perubahan makna kalimat itu .

4.Intonasi atau Lagu Kalimat

Intonasi atau lagu kalimat mengacu pada turun-naiknya, cepat-lambat, dan keras lembutnya kalimat yang diucapkan. Menggunakan intonasi juga harus berhati-hati karena perubahan Intonasi juga mengakibatkan perubahan makna kalimat.

5.Enunsiasi (kejelasan)

Enunsiasi adalah kejelasan pengucapan kata, dan ketepatan pemenggalan kalimat (jeda). Ada orang yang berbicara menggumam sehingga kata-kata yang diucapkannya tidak jelas terdengar. Ada juga orang yang apabila berbicara terlalu cepat sukar dipahami ucapannya. Hal ini harus dihindari oleh pembawa acara jika ia ingin berhasil dalam tugasnya. Caranya, adalah dengan selalu berlatih terutama berlatih vokal.

6.Mengggunakan Bahasa atau Kalimat secara Efektif

Seorang pembawa acara harus berusaha menggunakan kalimat seefektif mungkin, sedapat mungkin hindarilah kalimat yang tidak efektif.

-------Faktor Nonkebahasaan

Faktor nonkebahasaan yang menunjang keberhasilann seseorang pembawa acara adalah :

1.Sikap tenang menghadapi massa

Ketenangan dapat tercipta bila pembawa acara itu yakin akan kemampuan dirinya dan rasa percaya dirinya lebih besar.

2.Tampil Mengesankan

Penampilan ynag mengesankan adalah penampilan yang penuh wibawa, cerah, bersemangat, wajar, tidak berlebih-lebihan, tidak manja, tidak kemayu, dan tidak malu-malu.

3.Cepat tanggap dan kaya Inisiatf

Bila secara tiba-tiba terjadi perubahan atau pembatalan sebuah acara, pembawa acara diharapkan dapat mengatasi masalah itu dengan sebaik-baiknya sehingga hadirin tidak kecewa, bahkan bila perlu hadirin tidak menyadari adanya perubahan itu.

4.Kaya Improvisasi dan memiliki rasa humor (terutama pembawa acara hiburan dan tidak resmi)

5.Memiliki suara yang enak didengar

Suara yang enak didengar adalah suara bernada rendah dan bersonansi atau bergema bukan suara yang bernada tinggi dan nyaring melengking.

6.Tidak emosional

Pada saat tampil pembawa acara hendaknya dapat melupakan perasaan yang sedang bergejolak dalam dirinya, seperti sedih, kesal, marah, dan sebagainya.
Sumber : Blogger.com

Fakta-fakta Seputar Bahasa Indonesia, Mengapa Harus Bangga Berbahasa Indonesia?


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain sebagainya. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia.
Nah! Bahasa Indonesia adalah bahasa-nya warga Negara Indonesia. Karena itu wajib hukumnya bagi warga Negara Indonesia untuk merawat dan melestarikannya. Tidak hanya dipakai dalam menyusun naskah pidato atau naskah undang-undang saja namun seharusnya bahasa Indonesia dipakai dalam segala hal oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Dewasa ini, sepertinya bahasa Indonesia mulai ditinggalkan si empunya. Maraknya bahasa gaul atau bahasa modern yang kini menyebar luas di kalangan pemuda-pemudi Indonesia tampaknya telah menggeser kedudukan bahasa Indonesia di mata mereka. Kini mereka tidak lagi bersemangat untuk mempelajari bahasa nasional kita seperti halnya semangat pemuda sebelum kemerdekaan. Dahulu, pemuda-dan pemudi Indonesia begitu kerasnya berjuang mempersatukan Indonesia hingga pada akhirnya tercetuslah sumpah yang sangat terkenal yakni sumpah pemuda. Isi sumpah tersebut di antaranya adalah seluruh pemuda Indonesia bersumpah untuk menjunjung suatu bahasa yang akan mempersatukan bangsa Indonesia, bahasa yang akan menjadi bahasa seluruh warga Negara Indonesia, bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, Pimpii akan mencoba untuk memberikan motivasi dan alasan bagi seluruh warga Indonesia untuk kembali mencintai dan bangga akan bahasa Indonesia.

Berikut Fakta-fakta seputar Bahasa Indonesia yang patut diketahui :
* Bahasa Indonesia sudah dimulai sejak abad ke 7 Masehi
Penyebutan pertama istilah “Bahasa Melayu” sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 sampai ke-12. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Lagunayang ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.“
Sumber : Wikipedia
* Bahasa Indonesia dipelajari oleh 45 Negara di dunia.
Berita ini ditulis oleh www.kompas..com .Rabu, 29 Oktober 2008.
Isi berita Ini menegaskan jika bahasa Indonesia kini mulai dipelajari oleh 45 negara di dunia. Menurut Andri Hadi, negara yang mempelajari bahasa tersebut di antaranya adalah: Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, dan banyak negara lainnya. Ia menjelaskan jika bahasa Indonesia menjadi bahasa popular keempat di Australia. Ada sekitar 500 sekolah mengajarkan bahasa Indonesia di sana. Bahkan anak-anak murid kelas 6 sekolah dasar di sana sudah mahir berbahasa Indonesia.
* Bahasa Indonesia adalah bahasa kedua di Kota Ho Chi Minh.
Berita ini ditulis oleh www.kompas..com . Jumat, 12 Juni 2009.
Ho Chi Minh adalah ibukota negara Vietnam. Menurut seorang diplomat Indonesia. Pada bulan Desember 2007 Pemerintah Daerah Kota Ho Chi Minh, Vietnam, secara resmi mengumumkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua di Kota Ho Chi Minh. Selain itu Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh City untuk periode 2007-2008, Irdamis Ahmad di Jakarta mengatakan, “Bahasa Indonesia sejajar dengan Bahasa Inggris, Prancis dan Jepang sebagai bahasa kedua yang diprioritaskan,”
Salah satu penyebab bahasa Indonesia begitu diminati oleh bangsa Vietnam antara lain karena kemungkinan meningkatnya hubungan bilateral antara Indonesia dengan Vietnam di masa depan.
Jika ingin membaca lebih lengkap beritanya, klik disini.
* Wikipedia bahasa Indonesia yang menduduki peringkat ke 26 di dunia.
 Berita ini ditulis oleh http://www.antara.co.id. Selasa, 20 November 2007
Dikutip dari web tersebut: “Wikipedia Indonesia kini berada di peringkat 26 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia. Sedangkan di tingkat Asia kita berada di peringkat tiga, setelah Jepang dan Mandarin,”
Jika ingin membaca lebih lengkap beritanya, klik disini
* Bahasa Indonesia adalah bahasa ketiga yang paling banyak digunakan pada wordpress.
Artikel ini ditulis oleh http://amriltgobel.multiply.com pada 17 Januari 2009.
Penulis blog tersebut adalah salah satu pengguna multiply yang pernah mengikuti acara Wordcamp Indonesia. acara ini sebelumnya pernah diselenggarakan di Filipina dan Thailand.
Dikutip dari blog tersebut, “fakta bahwa setelah Spanyol, Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang menempati urutan ketiga yang paling banyak digunakan dalam posting-posting WordPress. Indonesia pun adalah negara kedua terbesar di dunia yang pertumbuhannya paling cepat dalam penggunaan engine blog itu. Dalam 6 bulan terakhir tercatat 143.108 pengguna baru WordPress dari Indonesia dan telah ada 117.601.633 kunjungan melalui 40 kota di Indonesia.”